Kedaikopilitera.com – Hujan tipis mengaburkan jendela kaca sebuah kedai kopi di kota yang remang, jejak-jejak air jatuh perlahan. Di dalam, ruangan kecil itu berdenyut dengan kehidupan: denting sendok, aroma biji kopi yang baru digiling, dan obrolan rendah dari pengunjung yang berlindung dari udara dingin. Di salah satu sudut, seorang pria dengan jaket jeans usang mengetik di laptopnya, ditemani segelas kopi hitam pekat. Tak jauh darinya, sebuah perangkat berbentuk silinder kecil mengeluarkan suara digital.

“Untuk kopi dengan tingkat keasaman yang seimbang, disarankan menggunakan rasio 1:15 pada pour-over,” suara itu berkata dengan aksen halus. Sang pria mendongak, tersenyum tipis, lalu kembali mengetik.

Di belakang meja bar, Mira, seorang barista muda dengan rambut yang diikat asal-asalan, mengamati pemandangan itu. “Mereka bilang mesin bisa meracik kopi lebih sempurna,” katanya sambil menuang air panas ke dalam alat V60-nya. “Tapi apa mereka tahu seperti apa rasa kopi di hari yang dingin seperti ini?”

Dalam dunia yang makin terintegrasi dengan teknologi, secangkir kopi telah menjadi medan tarik menarik antara tradisi dan inovasi. Dalam buku The World Atlas of Coffee: From Beans to Brewing, James Hoffman, salah satu tokoh penting dalam dunia kopi, menulis bahwa kopi tak harus eksklusif atau misterius. Seperti atlas terbaik yang membantu seseorang menjelajahi dunia, kopi adalah peta yang membawa kita pada pengalaman personal dan ritual yang sarat makna.

Namun, di sisi lain, AI kini hadir mengubah cara kopi dipahami dan disajikan. Menurut sebuah artikel di Nature Food Journal, teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) telah membantu meningkatkan efisiensi produksi kopi hingga 20%. Dengan data cuaca yang lebih akurat dan prediksi hasil panen berbasis algoritma, para petani dapat mengurangi risiko gagal panen akibat perubahan iklim yang tak terduga.

Tetapi apakah kopi hanya soal angka dan efisiensi? Dalam buku Uncommon Grounds oleh Mark Pendergrast, kopi telah memengaruhi sejarah, ekonomi, hingga politik global. Setiap cangkir kopi membawa narasi panjang yang menghubungkan petani kecil di dataran tinggi dengan penikmat kopi di perkotaan.

Mira tampaknya memahami narasi ini dengan baik. Bagi barista muda itu, setiap cangkir yang diraciknya adalah bagian dari dialog panjang antara tradisi dan keakraban. “Kopi itu tentang rasa dan cerita,” katanya, sambil memeriksa aliran tetes kopi di V60-nya. “Kadang saya tambahkan sedikit lebih banyak air kalau saya tahu tamu sedang ingin yang ringan. AI bisa menghitung rasio, tapi mesin mana yang tahu seperti apa suasana hati?”

Pengalaman seperti ini, yang sarat emosi dan intuisi, adalah alasan mengapa kedai kopi kecil tetap bertahan di tengah gempuran teknologi. Dalam buku The Blue Bottle Craft of Coffee, James Freeman, Caitlin Freeman, dan Tara Duggan menggarisbawahi pentingnya memahami kopi sebagai seni sekaligus ilmu. Buku ini, yang sering disebut ensiklopedia kopi, menawarkan panduan tentang teknik, resep, dan pengalaman yang mengembalikan manusia pada hakikat kopi: sebuah kenikmatan yang personal dan tak tergantikan.

Namun, teknologi juga tak selamanya menjadi musuh. Kolaborasi antara manusia dan mesin membuka kemungkinan baru. Sherry Turkle dalam Alone Together menyebutkan bahwa teknologi sering membuat kita terasing, tetapi ia juga mencatat bahwa saat manusia menggunakan teknologi dengan bijak, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih mendalam dengan dunia di sekitar kita.

Ketika hujan reda dan pengunjung mulai berdatangan, suasana kedai itu perlahan berubah. Di sudut ruangan, pria dengan laptop tadi menutup perangkatnya, menyeruput sisa kopinya perlahan. Mira, yang kini sedang membersihkan alat seduh, tersenyum tipis.

AI mungkin membantu mempercepat dunia, tetapi di kedai kecil ini, kopi masih tentang jeda—tentang waktu yang melambat sejenak di tengah hiruk-pikuk. Di akhir hari, cangkir kopi yang terbaik bukanlah yang paling sempurna secara teknis, tetapi yang menghangatkan, membawa cerita, dan menghubungkan manusia satu sama lain.***

By Alfian Nawawi

Owner Kedai Kopi Litera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *