KedaiKopiLitera.Com – Lelucon klasik itu yang sering beredar di kalangan penulis berbunyi: “Bagaimana cara memulai sebuah buku yang hebat? Ambil secangkir kopi dan tatap halaman kosong hingga kata-kata muncul dengan sendirinya.” Kalimat ini muncul jauh sebelum ada Artificial Intelligence (AI) bisa menulis sendiri secara otomatis. Dan fakta terbesarnya adalah ternyata ‘penulis spesialis AI’ pun butuh kopi untuk membuat prompt yang tepat.

Kedengarannya sederhana, bukan? Kenyataannya, proses penulisan adalah sebuah petualangan yang penuh dengan lika-liku, dan di balik setiap buku, novel epik, puisi lirih, atau esai yang ‘beracun’, ada banyak sekali cangkir kopi di baliknya yang telah dikonsumsi.

Penulis dan apa pun profesi lainnya, jika bersama kopi maka mereka datang bersisian dari sebuah mata uang logam yang tak terpisahkan. Kopi adalah bahan bakar utama yang menjaga pena mereka tetap menari. Namun, bukan hanya kopi yang penting dalam kehidupan seorang penulis. Buku dan tempat mereka membaca serta menulis—kedai kopi—memainkan peran yang sama pentingnya. Di lain kasus, bisa disebut ‘memainkan lelucon yang sama menyebalkannya’.

Banyak yang tidak sadar, para penulis sejarah kopi yang bertanggung jawab pada legenda yang mengatakan bahwa seorang gembala bernama Kaldi di Ethiopia menemukan kopi setelah melihat kambing-kambingnya menjadi sangat energik setelah memakan buah beri merah dari tanaman kopi. Dari Ethiopia, kopi menyebar ke Timur Tengah dan akhirnya ke Eropa dan seluruh dunia.

Di Timur Tengah, kedai kopi pertama muncul sebagai tempat berkumpulnya para cendekiawan dan seniman. Mereka berdiskusi tentang filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan sambil menikmati secangkir kopi. Kedai kopi menjadi tempat lahirnya ide-ide besar dan inovatif.

Di Eropa, terutama di kota-kota besar seperti London, Paris, dan Vienna, kedai kopi menjadi pusat intelektual. Banyak penulis terkenal seperti Voltaire, Balzac, dan Hemingway sering mengunjungi kedai kopi untuk menulis dan mencari inspirasi. Kedai kopi menjadi tempat di mana karya-karya besar sastra lahir.

Penulis dan Kopi

Penulis terkenal dunia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kopi. Honoré de Balzac, misalnya, dikenal sebagai salah satu penulis yang paling banyak mengonsumsi kopi. Ia bisa meminum hingga lima puluh cangkir kopi sehari untuk menjaga produktivitasnya. Dalam esainya, “The Pleasures and Pains of Coffee,” Balzac menjelaskan bagaimana kopi memberikan energi yang dibutuhkan untuk menulis sepanjang malam.

Ernest Hemingway, penulis Amerika terkenal, juga sering terlihat di kedai kopi di Paris. Kedai kopi seperti Café de Flore dan Les Deux Magots menjadi tempat favoritnya untuk menulis. Hemingway percaya bahwa suasana kedai kopi membantunya fokus dan mendapatkan inspirasi.

Selain itu, penulis modern seperti J.K. Rowling juga menemukan kedai kopi sebagai tempat yang sempurna untuk menulis. Rowling menulis sebagian besar dari buku pertama “Harry Potter” di kedai kopi bernama The Elephant House di Edinburgh. Suasana tenang dan aroma kopi yang harum membantunya menciptakan dunia sihir yang kita kenal dan cintai hari ini.

Buku dan Kedai Kopi

Hubungan antara buku dan kedai kopi juga tercermin dalam banyak karya sastra dan film. Misalnya, dalam novel “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami, karakter utama sering mengunjungi kedai kopi untuk membaca dan merenung. Kedai kopi dalam novel ini menjadi tempat penting untuk perkembangan karakter dan plot.

Dalam film, kedai kopi sering digambarkan sebagai tempat pertemuan yang romantis dan intelektual. Contohnya, dalam film “You’ve Got Mail,” karakter utama sering bertemu di kedai kopi, yang menjadi latar penting untuk perkembangan cerita cinta mereka. Kedai kopi dalam film ini menjadi simbol kehangatan, keintiman, dan kreativitas.

Kedai Kopi Litera mungkin bisa menjadi contoh kecil dari bagaimana kopi, buku, dan penulis dapat bersatu dalam satu tempat. Dijejali – bukan dipenuhi buku – aroma kopi menciptakan lingkungan yang ideal untuk menulis dan membaca.

Selain itu, Kedai Kopi Litera juga menyediakan ruang khusus untuk penulis yang membutuhkan tempat yang tenang untuk bekerja. Ruang ini dilengkapi dengan meja-meja kayu, kursi yang nyaman, dan colokan listrik untuk laptop. Penulis dapat menyewa ruang ini untuk beberapa jam atau sepanjang hari, tergantung kebutuhan mereka.

Inspirasi dari Literatur dan Film

Banyak karya sastra dan film yang dapat memberikan inspirasi bagi Kedai Kopi Litera dan para pengunjungnya. Misalnya, dalam novel “The Coffee Trader” karya David Liss, pembaca dibawa ke Amsterdam abad ke-17, di mana kopi menjadi komoditas yang sangat berharga. Novel ini menggambarkan bagaimana kopi tidak hanya mempengaruhi ekonomi, tetapi juga kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Dalam film “Coffee and Cigarettes” karya Jim Jarmusch, berbagai cerita pendek yang berlatar di kedai kopi menunjukkan bagaimana kopi menjadi elemen yang menghubungkan berbagai karakter dan cerita. Film ini menyoroti percakapan-percakapan yang terjadi di kedai kopi, dari yang ringan hingga yang mendalam, menunjukkan bagaimana kedai kopi menjadi tempat pertemuan yang penting bagi berbagai lapisan masyarakat.

Kopi, penulis, buku, dan kedai kopi masih akan saling bertangkupan. Dan tak ada yang akan saling mendendam. Toh semua setuju bahwa sejarah kopi memang panjang dan ada pengaruhnya terhadap para penulis terkenal. Konon, kopi telah menjadi bagian penting dari dunia sastra hingga ideologi-ideologi yang memicu Perang Dunia Pertama dan Kedua.

Jadi, jika Anda mencari tempat untuk menulis novel berikutnya, membaca buku favorit, atau sekadar menikmati secangkir kopi sambil merenung, datanglah ke Kedai Kopi Litera. Di sana, Anda akan menemukan lebih dari sekadar kopi yang nikmat—Anda akan menemukan komunitas yang mendukung dan menginspirasi Anda untuk terus berkarya. Seperti kata Balzac, “Kopi adalah bahan bakar untuk otak, dan otak adalah mesin penulis.”***

By Alfian Nawawi

Owner Kedai Kopi Litera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *