Bagaimana komunitas-komunitas bisa menyatu dalam sebuah lingkaran yang tidak formal namun tetap menggairahkan? Sudut tenang di Kelurahan Palampang, Bulukumba, Sulawesi Selatan ini setidaknya bisa menyatukan aroma biji kopi segar dengan buku, dan semangat komunitas literasi. Kedai Kopi Litera, mungkin bukan sebuah oase intelektual, namun diniatkan semenjak berdiri sebagai sebuah kedai kopi sekaligus perpustakaan. Di sini, setiap cangkir kopi adalah sebuah cerita, dan setiap buku adalah jendela menuju dunia baru.
Kayu bekas hingga kulkas yang disulap jadi rak buku berisi bacaan berbagai genre berjejer menunggu untuk berbagi kisah-kisahnya. Cahaya matahari yang lembut menyelinap, menciptakan permainan bayangan di atas meja kayu, tempat cangkir-cangkir kopi yang menguar dengan aroma khas. Suara alat manual brew pembuat kopi dan bisikan halaman-halaman buku yang dibalik adalah harmonisasi yang sempurna.
Sejak berdiri pada 23 Februari 2020, tempat ini telah menjadi episentrum kecil bagi komunitas literasi yang menghubungkan penulis, pembaca, dan penggiat literasi dalam sebuah jaringan yang saling menguatkan. Salah satu inisiatif yang mendukung komunitas ini adalah Dihyah PROject, sebuah komunitas literasi yang menyediakan buku untuk lapak baca gratis 24 jam di Kedai Kopi Litera.
Kopi dan Budaya Literasi
Sejak zaman dahulu, kopi telah menjadi simbol kreativitas dan intelektualitas. Di Eropa abad ke-17, kafe-kafe menjadi tempat berkumpulnya para filsuf, penulis, dan seniman untuk berdiskusi dan bertukar ide. Demikian pula, di Kedai Kopi Litera, tradisi ini berlanjut dalam nuansa yang lebih modern dan lokal. Kedai ini menjadi tempat di mana ide-ide besar lahir dari percakapan sederhana di atas cangkir kopi yang hangat.
Menurut Weinberg dan Bealer dalam The World of Caffeine, kopi memiliki sejarah panjang sebagai minuman yang merangsang pikiran dan kreativitas. Di Kedai Kopi Litera, tradisi ini dihidupkan kembali melalui berbagai acara diskusi dan lokakarya yang menginspirasi. Dengan memadukan suasana kedai kopi yang nyaman dan perpustakaan mini, tempat ini berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan intelektual dan kreativitas.
Kedai Kopi Litera di Palampang memiliki sejarah dan konsep yang unik. Didirikan oleh sekelompok pecinta buku dan kopi, kedai ini mengusung misi untuk menjadi ruang kreatif bagi masyarakat Bulukumba. Dalam setiap sudutnya, pengunjung dapat menemukan ketenangan untuk membaca, menulis, atau sekadar merenung sambil menikmati aroma kopi yang menenangkan.
Buku memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Di Kedai Kopi Litera, buku tidak hanya menjadi koleksi yang dipajang, tetapi juga menjadi alat untuk membangun komunitas. Buku-buku di rak kayu kedai ini mencakup berbagai genre, dari fiksi hingga non-fiksi, dari sastra klasik hingga kontemporer. Setiap buku di sini adalah pintu gerbang menuju dunia baru, tempat di mana ide-ide dan cerita-cerita bertemu dan berinteraksi.
Sebagai medium pemersatu, buku memiliki peran penting dalam menyebarkan ilmu dan budaya. Anderson dalam Imagined Communities menyebut bahwa buku berfungsi sebagai alat untuk membangun identitas kolektif dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Diskusi buku menjadi salah satu kegiatan, meski belum rutin, di Kedai Kopi Litera.
Jaringan Komunitas Literasi
Jaringan komunitas literasi memainkan peran penting dalam mendorong minat baca dan menulis di masyarakat. Kedai Kopi Litera bisa menjadi contoh nyata dari bagaimana sebuah tempat dapat menjadi pusat jaringan ini. Dengan berbagai program dan kegiatan yang diadakan, kedai kopi ini diharapkan menghidupkan semangat literasi di Bulukumba.
Menurut Putnam dalam Bowling Alone, keterlibatan dalam komunitas literasi dapat meningkatkan modal sosial dan memperkuat jaringan sosial.
Selain menyediakan buku, Dihyah PROjec turut memperkuat jaringan komunitas literasi dengan Gerakan Pojok Baca 137, menginisiasi bergama kegiatan literasi, termasuk penelitian dan penulisan buku.
Inisiatif ini memastikan bahwa akses terhadap buku tidak terbatas oleh waktu, sehingga siapa pun dapat menikmati bacaan berkualitas kapan saja. Dihyah PROject telah memberikan kontribusi besar dalam mendorong minat baca di kalangan masyarakat Bulukumba, dengan menyediakan berbagai buku yang dapat diakses secara gratis oleh pengunjung Kedai Kopi Litera. Di wilayah digital, Dihyah PROject adalah entitas yang membuat Perpustakaan Digital Kedai Kopi Litera bahkan situs web kedaikopilitera.com.
Interaksi antara Kopi, Buku, dan Komunitas Literasi
Interaksi antara kopi, buku, dan komunitas literasi menciptakan sinergi yang unik dan bermanfaat. Kafe literasi seperti Kedai Kopi Litera menciptakan ruang bagi orang-orang untuk berkumpul, berinteraksi, dan belajar. Di sini, kopi bukan hanya minuman, tetapi juga katalis yang memperlancar aliran ide dan percakapan.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Environmental Psychology, suasana kafe yang nyaman dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Acara-acara komunitas literasi, mulai dari bedah buku, diskusi sastra, hingga pelatihan menulis, semua kegiatan ini mendukung pertumbuhan komunitas literasi yang solid. Interaksi sosial yang terjadi di kafe ini tidak hanya memperkaya pengetahuan individu, tetapi juga memperkuat jaringan literasi di masyarakat.
Kedai Kopi Litera di Palampang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, adalah contoh nyata dari bagaimana sinergi antara kopi, buku, dan komunitas literasi dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan intelektual dan kreativitas. Dengan menggabungkan suasana kedai kopi yang nyaman dan perpustakaan mini, tempat ini berhasil menjadi pusat komunitas literasi yang menghubungkan penulis, pembaca, dan penggiat literasi.
Keberadaan Kedai Kopi Litera, dengan dukungan inisiatif seperti Dihyah PROject, menunjukkan bahwa sinergi antara kopi, buku, dan komunitas literasi tidak hanya memperkaya wawasan individu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat secara inklusif. Harapan untuk masa depan literasi terletak pada dukungan komunitas-komunitas seperti ini, di mana setiap cangkir kopi dan setiap halaman buku adalah langkah menuju masyarakat yang lebih cerdas dan berbudaya.***