Dalam beberapa momen, singgah ngopi dan berbincang sambil merengkuh kehangatan silaturahim di Kedai Kopi Litera, ‘HB Jassin dari Timur’ ini -salah satu julukan yang disematkan sejumlah pesastra kepada Mahrus Andhis – kerap datang dengan suguhan berbeda.
Mahrus Andhis adalah sebuah ‘perpustakaan berjalan’ yang menyajikan dialektika, diskursus, kelakar, hingga pencerahan. Sementara kami di Kedai Kopi Litera tentu saja hanya mampu menyajikan kopi.
Momen pertama kedatangan kritikus sastra dan sastrawan ini ke Kedai Kopi Litera, pada 2022 lalu diwarnai hibah buku langsung beberapa buku karyanya ke Kedai Kopi Litera. Sejumlah buku karyanya ditandatangani langsung sebelum diserahkan.
Pada momen lainnya, buku kumpulan esai saya “Republik Temu Lawak” (2020) dan buku “Inspiring Bulukumba” (2016) berpindah ke tangan beliau.
Beliau sendiri yang memintanya. Sebenarnya agak ‘ngeri’ juga bagi saya. Sekelas beliau mau membaca karya-karya saya yang masih hijau.
“Untuk referensi penting,” jelasnya singkat saat itu.
Setelah itu, momen-momen berikutnya pun selalu mencipta peristiwa dengan warna berbeda. Yang selalu sama adalah, beliau selalu ditemani seniman teater dan konten kreator, Sabri Abian.
Mahrus Andhis, dalam setiap geraknya, menyerupai tokoh dalam buku Jorge Luis Borges, yang pernah menulis, “Aku selalu membayangkan bahwa Surga akan menjadi semacam perpustakaan.” Di Kedai Kopi Litera, Mahrus menemukan surga itu, mungkin tidak dalam bentuk buku karena beliau sendiri sudah kenyang dengan buku, tetapi dalam rupa percakapan dan aroma kopi, dan kehangatan yang bukan formal.
Setiap kali Mahrus Andhis membincang sastra di samping secangkir kopi, serupa mengutip kalimat dari Haruki Murakami dalam “Kafka on the Shore”: “Meminum kopi hitam saja, seperti mengaduk alam semesta, memikirkannya dan mendapat beberapa pencerahan.” Tegukannya adalah meditasi, pencarian makna dalam keheningan.
Serupa kalimat Franz Kafka, “Buku harus menjadi kapak bagi lautan es di dalam jiwa kita.” Bagi seorang Mahrus, kedai kopi bukan hanya tempat ngopi, tetapi juga ruang bagi jiwa-jiwa yang mencari kehangatan, pemahaman, dan pencerahan.
Sekilas jejak Mahrus Andhis
Mahrus Andhis lahir di Ponre Kabupaten Bulukumba, 20 September 1958. Pemilik nama lengkap Drs. Andi Mahrus Syarief ini pernah mengasuh acara Serambi Budaya di RRI Makassar dan Apresiasi Budaya di TVRI stasiun Makassar (1982-1984). Konon amat energik semasa menjadi aktivis mahasiswa di Universitas Hasanuddin Makassar. Sempat menjadi asisten dosen kemudian memutuskan pulang kampung.
Salah satu tempat mangkalnya dulu adalah Dewan Kesenian Makassar hingga tahun 1986. Mahrus tercatat sebagai Pamong Praja di Pemda Bulukumba. Beberapa jabatan pernah digeluti. Diawali sebagai Kasubag Penerangan Humas, Kasubag Persidangan Setwan, Kaseksi Gedung-Bangunan Diknas, Kasubag Ortala, Anggota DPRD, Kabag Hukum, Camat Ujung Bulu, Kasubdin Sosteklinmas, Kabag Organisasi dan Tata Laksana, Asisten III Bidang Administrasi (Merangkap Plt.Sekretaris Daerah) dan saat ini sebagai Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra pada sekretariat Daerah Kabupaten Bulukumba.
Suami dari Hj.Andi Ruhaya, Spd dan ayah dari Rumi Mahrus dan Gilang Mahrus ini, tetap menulis. Banyak bukunya yang telah terbit dan bahkan beredar sampai Malaysia dan Brunei di antaranya Sajak Sajak Panrita Lopi, Bulukumbaku Gelombang Berzikir (2001). Dua bukunya diterbitkan Pustaka Refleksi, masing-masing berjudul: Kumpulan Puisi Panrita Lopi (2007), Katarsis Birokrasi (2009) dan Matahari yang Kemarin adalah Matahari Bulukumbaku yang Beringas (2006) (Diterbitkan La Macca Press), dan beberapa antologi bersama penyair lainnya. Tahun 2013 ia ‘mengaum’ dari ruang birokrat dengan menulis sebuah buku berjudul “Ketika Rolly menggugat Pejabat”, sebuah buku yang sangat layak dibaca terutama oleh birokrat penentu kebijakan.
Pada tahun 2014, ia ternyata masih terus “menggugat” melalui antologi puisi “Balada Sebuah Kursi” (diterbitkan P3i Press Makassar). Buku budaya berjudul “Sebulir Mata Air di Tanah Leluhur” berisi pesan To Riolo Bugis-Makassar ditulis Mahrus Andis di tahun 2017. Pada tahun 2004, untuk karya-karya dan dedikasinya Mahrus memperoleh Celebes Award dari Gubernur Sulawesi-Selatan di bidang Karya Sastra.***